
Bogor - Dampak perubahan iklim terus
mendapat perhatian masyarakat dunia. Indonesia pun siap mengambil peran
dalam upaya dunia beradaptasi dengan perubahan iklim. Menteri
Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo menyebutkan peran inovasi dan
teknologi, termasuk IoT dan artificial intelligence perlu dimaksimalkan
dalam upaya adaptasi perubahan iklim.
“Kita sedang berada di era
Artificial intelligence. Penggunaannya perlu kita manfaatkan untuk
mendapatkan pengetahuan dan analisis tajam tentang strategi yang
dilakukan untuk beradaptasi dengan perubahan iklim,” ungkap Syahrul saat
memberikan sambutan pada kegiatan audiensi dengan Perhimpunan
Meterologi Pertanian Indonesia (Perhimpi) di Bogor, pada Rabu, 1
Desember 2021.
Menurut Syahrul, artificial intelligence dapat turut mendukung agenda yang dijalankan dalam beradaptasi dengan perubahan iklim.
Agenda pertama yang harus dijalankan adalah menyamakan persepsi dan mindset terhadap kondisi perubahan.
Kedua, agenda mengenai tata kelola yang harus dilakukan, termasuk dalam penerapannya.
“Kita misalnya harus bisa
memprediksi varietas yang harus digunakan, apakah varietas tahan
genangan atau varietas tahan kering. Pertanaman pun begitu, harus
diatur,” jelasnya.
Agenda ketiga yang perlu dijalankan
adalah mendorong perubahan perilaku dari semua pihak, baik dari pihak
Kementerian Pertanian (Kementan), perguruan tinggi, hingga kelompok tani
terkait langkah yang harus dilakukan.
Syahrul menambahkan, semakin besar
dampak dari perubahan iklim maka semakin besar pula kekuatan yang harus
dikeluarkan untuk mengatasinya.
“Pemerintah tidak bisa berjalan
sendiri, akademisi tidak bisa sendiri. Kami butuh kecerdasan para
peneliti dan perguruan tinggi untuk mengatasi masalah ini. Inovasi harus
kita mainkan,” tegas Syahrul.
Wakil Ketua Dewan Penasihat Perhimpi
Yonny Koesmaryono menyampaikan pihaknya siap membantu Kementan,
terutama pemetaan wilayah yang berpotensi terdampak perubahan iklim.
“Mudah-mudahan kami bisa
mengembangkan sesuai pengetahuan dan teknologi, termasuk dalam memetakan
wilayah-wilayah yang rentan dampak perubahan iklim,” jelasnya.
Dirinya menyebutkan sektor pertanian
adalah salah satu sektor yang sangat rentan (vulnerable) terhadap
perubahan iklim. Tapi juga perlu diingat bahwa pertanian merupakan
salah satu sektor pembangkit ekonomi sekaligus pilar penyangga ketahanan
pangan dan ketahanan sosial politik dan keamanan nasional.
“Karena itu, sektor pertanian harus
mengutamakan upaya adaptasi agar lebih tangguh menghadapi perubahan
iklim, sehingga produksi pertanian dan ketahanan pangan tidak terganggu,
namun tidak mengabaikan upaya mitigasi,” ujarnya.
Maka Perhimpi pun menilai perlunya
peningkatan kemampuan petani untuk memanfaatkan informasi prediksi iklim
seoptimal mungkin melalui informasi prediksi cuaca dan iklim berbasis
dampak dalam bidang pertanian.
“Kita harus bisa mendiseminasikan
informasi-informasi tentang iklim ini kepada petani sehingga teknologi
yang mereka jalankan bisa tepat,” pungkas Yonny. (*)
Berita Terbaru