
Florence, Italia (18/09) –Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo (SYL) melangsungkan pertemuan dengan Direktur Jenderal (Dirjen) FAO, Qu Dongyu di sela-sela rangkaian pertemuan Menteri Pertanian negara G-20.
Hasil pertemuan tersebut adalah penandatanganan nota kesepahaman
(MoU) penguatan Kerjasama Selatan-Selatan dan Triangular (KSST) di
bidang pertanian dan ketahanan pangan.
"Sebagai negara agraris dan salah satu negara pengekspor terbesar
produk pertanian, Indonesia terus berupaya meningkatkan berbagai
perannya di tingkat global. Peran aktif indonesia di kancah
internasional diperlukan sebagai sarana diplomasi yang secara pararel
mendukung upaya peningkatan sektor pertanian dalam negeri," kata Mentan
Penguatan KSST menurut Mentan digunakan sebagai salah satu strategi
dalam meningkatkan kerja sama pembangunan internasional seperti
tercantum dalam RPJMN 2020-2024.
"Terlebih lagi Indonesia yang merupakan bagian dari G20. Melalui
skema ini, diharapkan mampu menciptakan keuntungan bersama dan
berkontribusi positif dalam mendukung tujuan bersama negara-negara G20
untuk menciptakan kesejahteraan secara global," ungkapnya.
Mentan SYL mengungkapkan bahwa kesepakatan ini merupakan wujud
komitmen Indonesia dari sektor pertanian untuk turut membangun ketahanan
pangan global sebagai innovative leader serta berbagi best practices
dengan stakeholder lainnya.
“Kami siap untuk memposisikan diri sebagai innovative leader untuk
dapat berbagi best practices dengan multi-stakeholder, khususnya di
negara-negara mitra yang kurang berkembang,” ungkap Mentan SYL dalam
pertemuan tersebut
Menurut Mentan SYL MoU yang ditandatangani antara Kementerian
Pertanian dengan FAO meliputi berbagai aspek yang diharapkan secara
komprehensif mampu menyelesaikan permasalahan global yang ada pada
bidang pertanian dan ketahanan pangan serta untuk mencapai tujuan
pembanguan berkelanjutan.
Indonesia melalui Kementerian Pertanian dalam implementasi kerja
sama ini nantinya akan berperan dalam bentuk dukungan teknis;
pengembangan kapasitas kelembagaan; transfer pengetahuan, pengalaman,
dan teknologi inovatif; pertukaran pembelajaran (ahli teknis, petani,
pembuat kebijakan); serta platform berbagi
informasi/pengetahuan/pengalaman dan kolaborasi. Kementerian Pertanian
sendiri sebelumnya telah melaksanakan dan berperan dalam lebih dari 100
proyek kerjasama yang manfaatnya dirasakan oleh lebih dari 50 negara di
Asia, Afrika, dan Pasifik, serta di Palestina.
Beberapa balai di Kementerian Pertanian menjadi Center of
Excellence dalam pelaksanaan KSST, diantaranya BBIB Singosari
(inseminasi buatan) dan Balai Pelatihan Pertanian (Lembang, Batu,
Ketindan). Kementan merupakan perintis dalam pembangunan Pusat Pelatihan
Pertanian, Farmer’s Agricultural and Rural Training Center (FARTC) di
Tanzania dan Agricultural Rural Farmers Training Center (ARFTC) di
Gambia.
Mentan SYL mengungkapkan bahwa penandatanganan MoU ini diharapkan
akan semakin memperkuat peran leadership Indonesia dalam kerangka KSST
di sektor pertanian dan meningkatkan kontribusi Indonesia terhadap
pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs 2030). Posisi
Indonesia sebagai “pemain neteral” menjadi nilai tambah dalam menjalin
kerjasama dengan berbagai negara selatan lainnya. Peningkatan peran
aktif Indonesia di KSST ini sangat penting untuk memberikan manfaat
dalam pembangunan baik dari sisi ekonomi, sosial, maupun politik
Sebagai informasi, KSST merupakan kerja sama antar negara-negara
berkembang sebagai sarana untuk saling berbagi pengalaman dan mencari
solusi atas tantangan bersama di bidang pembangunan. Konfigurasi skema
KSST sendiri terdiri dari beberapa bagian yakni negara selatan (sebutan
lain untuk negara sedang berkembang) penerima bantuan, negara selatan
pemberi bantuan (donor), serta negara maju dan institusi multilateral
sebagai pendonor dan pendukung. Sejak tahun 1980-an, Indonesia mulai
beralih menjadi negara donor dan terus berkomitmen untuk memperkuat
KSST.
Berita Terbaru