KEMENTERIAN PERTANIAN
2022-12-25

Stok beras di Provinsi Jawa Timur
(Jatim) akhir tahun 2022 melimpah, bahkan siap memasok ke provinsi lainnya
sehingga kebutuhan beras di saat Natal dan nantinya Tahun Baru 2023 terpenuhi
dari produksi petani sendiri. Sesuai data KSA BPS, produksi beras tahun 2022
sebesar 9,68 juta ton gabah kering giling (GKG), setara 5,59 ton beras.
"Pada saat Natal dan Tahun
Baru ini, kami juga melakukan pemantauan harga-harga sembako di pasar,
memperlancar distribusi dari sentra produksi ke pasar serta mendukung upaya
upaya stabilitasi harga. Kami juga menghimbau dan mengawal
penggilingan-penggilingan padi yang tergabung dalam Kostraling (Komando
Strategi Penggilingan) untuk ikut serta dalam operasi pasar di wilayah-wilayah
bersama pemerintah daerah dan Dinas terkait serta mensupport kebutuhan di
pasar," demikian dikatakan Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan
Provinsi Jatim, Hadi Sulistyo di Surabaya, Minggu (25/12/2022)
Hadi menyebutkan ketersediaan
beras di akhir 2022 ini didukung keberhasilan produksi padi yang cukup luas dan
mencukupi dari kebutuhan beras masyarakat. Luas panen padi di bulan November -
Desember 2022 diperkirakan mencapai 171,46 ribu hektar dengan produksi sebesar
980,8 ribu ton GKG, setara dengan 637 ribu ton beras.
"Kebutuhan konsumsi
masyarakat Jatim bulan November-Desember diperkirakan sebesar 514 ribu ton,
sehingga masih ada stok yang digunakan untuk mencukupi perdagangan antar
wilayah. Penggilingan Jawa Timur pada awal Desember lalu juga menyatakan siap
memasok beras ke Bulog sebanyak 42,1 ribu ton," ungkapnya.
Pada tahun 2023, sambungnya,
prakiraan luas panen terus meningkat dari bulan Januari sampai April dan
prakiraan puncak panen di akhir bulan Maret hingga awal bulan April yang
diprakirakan mencapai 775 ribu Hektar dengan produksi padi sebesar 4,3 juta ton
GKG, setara beras 2,75 juta ton beras (periode Januari- April 2023). Pada musim
panen raya tersebut Jawa Timur siap untuk mengisi stok beras, baik untuk pasar
maupun untuk cadangan pangan.
"Menghadapi panen raya
mendatang telah dilakukan persiapan dan antisipasi untuk mengoptimalkan
penggunaan mekanisasi dalam penanganan panen. Seperti penggunaan combine
harvester, menyiapkan dryer di saat musim hujan," tuturnya.
"Kemudian mengoptimalkan
kinerja Kostraling, mendorong serapan Bulog dan memastikan harga memadai untuk
petani dengan menggandeng beberapa offtaker di Jawa Timur," pinta Hadi.
Terpisah, Direktur Jenderal
Tanaman Pangan, Suwandi, mengungkapkan bahwa intervensi ini sesuai dengan
arahan bapak Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo dalam rangka penyediaan
bahan pangan menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru. Tujuanya mendekatkan
beras produksi petani langsung ke konsumen.
"Karena memang kenaikan
harga beras saat ini diakibatkan rantai distribusi yang terlalu panjang.
Sehingga diharapkan masyarakat bisa terbantu dan petani tetap bisa menikmati
harga gabahnya," ujarnya.
"Beras tersedia cukup dan
berlebih, bahkan data KSA BPS memperkirakan panen raya dimulai Februari 2023
seluas 1,4 juta hektar dengan produksi beras 4,3 juta ton. Ini melebihi
kebutuhan konsumsi sebulan 2,5 juta ton beras. Berarti waktunya mulai serap
gabah beras petani," lanjut Suwandi.
Berita Terbaru