
Bandung (25/12) - Provinsi Jawa
Barat sebagai sentra produksi beras kedua nasional setelah Jawa Timur memiliki
stok beras saat ini di akhir tahun 2022 sebanyak 51.199 ton sehingga siap memasok
kebutuhan beras nasional terutama ke wilayah Jabodetabek, utamanya di hari
Natal dan Tahun Baru 2023. Sesuai data ASEM KSA BPS, produksi padi Jawa Barat
tahun 2022 sebesar 9,57 juta ton gabah kering giling (GKG) naik 457.056 ton GKG
atau 5,02 persen dibandingkan tahun 2021, dimana produksi padi Jawa Barat tahun
2021 sebesar 9,11 juta ton GKG.
"Produksi padi tahun 2022
tersebut, setara beras sebesar 5,53 juta ton beras. Bila jumlah penduduk Jawa
Barat saat ini berdasarkan Data BPS 2020 sebanyak 49,93 juta orang, dengan
tingkat konsumsi beras 82,78 kg/kapita/orang/tahun, maka kebutuhan beras rakyat
Jawa Barat sebanyak 4,13 juta ton, sehingga Jawa Barat masih surplus beras
sebesar 1,39 juta ton beras," demikian dikatakan Kepala Dinas Tanaman Pangan
dan Hortikultura Provinsi Jawa Barat, Dadang Hidayat di Bandung, Minggu
(25/12/2022).
Dadang menjelaskan dari surplus
beras Jawa Barat tersebut, tersebar di hampir semua Kabupaten/Kota serta
kondisi stok beras saat ini sebesar 51.199,50 ton yang ada di penggilingan dan
gudang pedagang. Stok beras ini mampu mencukupi kebutuhan Jawa Barat bahkan
siap memasok wilayah DKI Jakarta dan provinsi lainnya.
"Bahkan penggilingan Jawa
Barat menyatakan siap memasok beras ke Bulog pada awal Desember kemarin
sebanyak 12.380 ton," sebutnya.
"Kini pada saat Natal dan
Tahun Baru dilakukan pemantauan harga harga sembako di pasar pasar,
memperlancar arus distribusi dari sentra produksi ke pasar serta mendukung
upaya-upaya stabilitasi harga," imbuh Dadang.
Lebih lanjut Dadang menuturkan
menghadapi panen raya yang dimulai Februari 2023, pihaknya telah melakukan
persiapan dan antisipasi. Diantaranya mengawal standing crops dengan melibatkan
para petugas lapangan, Dinas Pertanian Kabupaten/Kota se-Jawa Barat dengan
deteksi dini, antisipasi, adaptasi dan mitigasi perubahan iklim dan OPT.
"Selain itu, juga melakukan
percepatan panen dengan combine harvester, menyiapkan dryer di saat musim
hujan, serta kostraling (Komando Strategi Penggilingan) agar Bulog menyerap
gabah dan beras petani dan memastikan harga wajar bagi petani," tandasnya.
Di tempat lain, Direktur Jenderal
Tanaman Pangan, Suwandi, mengatakan memperlancar arus distribusi dari sentra
produksi ke pasar merupakan intervensi sesuai dengan arahan Menteri Pertanian,
Syahrul Yasin Limpo agar penyediaan bahan pangan menjelang perayaan Natal dan
Tahun Baru. Dengan demkian, mendekatkan beras produksi petani langsung ke
konsumen sehingga ketersediaan beras selalu ada.
"Karena memang kenaikan
harga beras saat ini diakibatkan rantai distribusi yang terlalu panjang.
Sehingga diharapkan masyarakat bisa terbantu dan petani tetap bisa menikmati
harga gabahnya," ujarnya.
Berita Terbaru