KEMENTERIAN PERTANIAN
2023-02-01

Program lumbung pangan atau
populer dikenal sebagai program food estate, menjadi salah satu strategi
pemerintah guna memperkuat produksi pangan di dalam negeri di tengah dinamika
global yang diliputi ketidakpastian. Salah satu lokasi pengembangan food estate
adalah Sumatera Utara, tepatnya di Kabupaten Humbang Hasundutan dengan
komoditas unggulan hortikultura seperti kentang, bawang merah serta bawang
putih. Belakangan, sorotan terhadap food estate kembali mengemuka. Tak pelak,
para petani di kawasan produksi pangan yang relatif baru dibuka tersebut turut
bersuara.
Amintas Lumban Gaol, Tokoh petani
sekaligus Ketua Kelompok Ria Kerja Desa Ria Ria mengaku kaget saat dikonfirmasi
pemberitaan kegagalan di lokasi food estate. "Siapa yang bilang gagal?
Tanyalah langsung ke kami kalau mau tau yang sebenar benarnya. Saya sendiri
pelaku sejarah food estate sejak persiapan dibuka sampai sekarang. Saya
merasakan sendiri manfaat program Pak Jokowi ini," ungkap Amintas dengan
nada keras.
Menurutnya, sejak lahan tidur di
daerahnya dibuka oleh Kementerian Pertanian tengah hingga akhir tahun 2020
lalu, banyak perubahan yang dirasakan masyarakat setempat. "Kami jadi
punya lahan budidaya. Bisa tanam bawang dan kentang. Jalan juga dibagusin.
Pengairan juga dibuatkan. Sarana lain diberikan pemerintah secara cuma-cuma.
Hasil produksinya pun makin kesini juga makin bagus, asalkan petani ulet dan
rajin mengolah lahan," tandasnya. Terkait sorotan miring terhadap
Kementan, dirinya spontan membantah. "Kami petani dan masyarakat justru
sangat berterimakasih dengan Kementan yang telah membantu penuh kami sejak awal
sampai panen musim pertama. Pendampingan mereka kami rasakan sangat intensif
dari awal program sampai 2021 lalu. Saya sendiri saksinya," imbuh Amintas.
Senada, Haposan Siregar, tokoh
adat sekaligus petani setempat mengaku heran dengan opini yang menyebut
kegagalan program food estate di daerahnya. "Coba tengoklah sendiri ke
lahanku. Apanya yang gagal? Sejak awal tanam sampai sekarang, ada lah hasilnya.
Bawang putih pun bagus disini," kata Haposan. "Kami tak terima kalau
dibilang gagal, karena kami tau program Bapak Jokowi ini bertujuan baik untuk
kami. Tengoklah, banyak petani yang memang rajin ke lahan, hasilnya pun bagus.
Kami inginnya program ini dibagusin dan dilanjutkan, bukan dihentikan"
ujarnya.
Laurensus Siregar, petani
kelompok Karejo, mengaku sangat bersyukur dengan adanya program food estate di
daerahnya. "Berkat ikut FE ini, aku bisa dapat penghasilan tambahan yang
lumayan dari tanam kentang dan bawang merah. Dari awalnya lahan tidur, sekarang
jadi lahan subur. Saya bisa beli motor murni dari hasil jual panen kentang.
Bawang merah batu ijo yang kutanam pun bagus hasilnya disini, bisa dapat 300 kilo
per rante (1 rante 400 m2- red)," ungkap Laurensus.
Begitupun dengan Rusman Siregar,
petani champion yang kini mengelola 7 hektar lebih lahan bermitra dengan PT
Parnaraya. Sejak mulai dibuka food estate, dirinya bersama keluarga menanam
kentang dan hasilnya dirasakan cukup lumayan. "Pendapatan kami meningkat
berlipat lipat dibanding sebelum ada program ini. Meski lahan kami termasuk
sulit aksesnya, tapi hasilnya lumayan. Bantuan motor roda 3 dari Kementan tahun
2020 lalu sangat membantu keseharian kami di lahan," kata Rusman dengan
logat khasnya.
Petani lain yang coba dihubungi
umumnya mengaku berterimakasih kepada Pemerintah yang telah memberikan program
food estate di daerah tersebut. Ingot Sitohang, petani food estate berharap
pemerintah terus mendampingi program tersebut sampai petani bisa mandiri.
"Pastilah ada kekurangan sana sini, tapi secara umum program ini sangat
bermanfaat. Meski ada kekurangan, kami tetap semangat menggarap lahan
kami," ungkap Ingot.
Dikonfirmasi terpisah, Direktur
Jenderal Hortikultura, Prihasto Setyanto menyebut program Food Estate di
Kabupaten Humbahas merupakan hasil kerja bersama berbagai pihak. “Kami di
Kementerian Pertanian mendapatkan mandat untuk bersama-sama stakeholder terkait
membangun kawasan food estate di Humbahas. Kami bekerja sesuai perencanaan dan
hasil survey investigasi desain atau SID. Kami merintis pembukaan lahan yang
benar-benar baru di area hamparan seluas 215 hektar, ternyata hasil produksinya
cukup baik untuk ukuran perdana. Seiring proses perbaikan sifat fisik
kimia tanah, pemantapan prasarana
irigasi dan jalan serta pendampingan ke petani, produktivitasnya menunjukkan
trend perbaikan,” ujar Prihasto.
Berdasarkan data yang dihimpun,
pada musim tanam pertama yang dipanen di awal tahun 2021, produktivitas bawang
merah rata-rata 5,7 ton/ha, bawang putih 2,7 ton/ha dan kentang industri 10,2
ton/ha. Pada musim tanam berikutnya tercatat adanya peningkatan hasil panen di
lahan-lahan yang digarap petani baik secara mandiri maupun yang bermitra dengan
offtaker. “Sebagai contoh untuk kentang kemitraan dengan PT Indofood bisa
menghasilkan lebih dari 20 ton/ha, bawang putih kemitraan dengan PT Parna Raya
ada yang mencapai 6,5 ton/ha dan bawang merah petani mandiri ada yang sudah
mencapai 7,5 ton/ha,“ terang Prihasto.
Hingga saat ini dari seluruh
lahan yang berhasil dibuka seluas 215 hektar di Musim Tanam tahun 2020, sekitar
70% lahan bisa terjaga keberlanjutan usahataninya. Selebihnya belum terkelola
kembali karena berbagai faktor diantaranya kepemilikan lahan dan keterbatasan
aksesibilitas di dalam kawasan.
Sejak April 2021, pengelolaan
kawasan FE Sumatera Utara dilaksanakan oleh Tim Transisi yang dipimpin Bupati
Humbahas dan Tenaga Ahli Kemenko Marves. Berdasar pemantauan langsung di
lapangan, tampak berbagai upaya dilakukan tim tersebut untuk mencapai target
perluasan lahan yang digadang sampai 1.000 hektar. Pola pengembangan kawasan
dilakukan dengan cara kemitraan antara kelompoktani dengan offtaker atau
swasta, agar petani mendapatkan jaminan pemasaran serta terjadi alih teknologi
dari mitra offtaker kepada petani setempat. Dengan pola tersebut diharapkan
petani semakin mandiri dan usaha agribisnis di kawasan tersebut semakin
tertata.
Berita Terbaru