KEMENTERIAN PERTANIAN
2023-01-30

JAKARTA - Kementerian Pertanian
(Kementan) melalui Direktorat Jenderal Perkebunan terus berupaya mengembangkan
produksi sawit baik hulu maupun hilir. Di antaranta dengan memperkuat
kolaborasi dalam melakukan peremajaan sawit rakyat, menambah fasilitasi sarana
prasarana perkebunan dan mengembangkan SDM perkebunan.
Sekretaris Jenderal Kementan,
Kasdi Subagyono mengatakan bahwa kolaborasi yang dimaksud adalah melibatkan
banyak pihak, termasuk menguatkan sinetgitas dengan Komisi IV DPR RI, BPDPKS,
petani dan lembaga lainnya.
"Kelapa sawit merupakan
komoditas unggulan subsektor perkebunan, dalam pengembangannya sawit dihadapkan
berbagai tantangan. Dalam upaya meningkatkan produksi dan produktivitas sawit
rakyat, pemerintah bersinergi dengan BPDPKS, melaksanakan program PSR dengan
pendanaan bersumber dari BPDPKS," ujar Kasdi, Senin, 30 Januari 2023.
Kasdi mengatakan, sawit merupakan
produk unggulan Indonesia yang dapat mendongkrak perekonomian nasional. Selain
itu, produksi sawit juga mendukung penguatan ekspor dan menambah nilai ekonomi
bagi masyarakat.
"Sawit adalah produk
unggulan kita dan merupakan penyangga utama ekspor kita," ujarnya.
Ketua Komisi IV DPR RI Sudin
menyampaikan bahwa tantangan petani sawit saat ini adalah dinamika harga TBS
dan kondisi tanaman tua. Karena itu, dia berharap, peremajaan sawit menjadi
solusi dalam memperbaiki ekonomi petani.
"Melalui FGD ini diharapkan
dapat memperoleh masukan yang kondusif sebagai bahan masukan dalam menyusun
kebijakan pemerintah," katanya.
Pada kesempatan yang sama, Dirjen
Perkebunan Kementan, Andi Nur Alam Syah, mengatakan bahwa peremajaan Sawit
Rakyat (PSR) menjadi sangat penting karena mampu mendukung ketersediaan dan
keberlanjutan sawit Indonesi ke depan.
"Sudah saatnya mengganti
tanaman tidak produktif dengan tanaman baru. Tentunya, dalam pelaksanaan perlu
didukung dengan sarana dan prasarana (Sarpras) yang mumpuni, harus cepat
dilakukan demi meningkatkan produksi, produktivitas, nilai tambah dan mutu
perkebunan kelapa sawit," katanya.
Andi Nur menambahkan, seiring
dengan berjalannya PSR dan pengimplementasian Sarpras tersebut, pemerintah juga
sangat perlu meningkatkan kualitas SDM sawitnya melalui pendidikan, pelatihan,
penyuluhan dan pendampingan, agar hasilnya dapat lebih maksimal lagi.
"Kita juga perlu melakukan
riset atau penelitian yang dapat mempermudah keberlangsungan sawit dengan tetap
menjaga mutu berkualitas baik, mulai dari hulu hingga hilir," katanya.
Perku diketahui, berdasarkan
Keputusan Menteri Pertanian No. 833 tahun 2019 tutupan kelapa sawit nasional
mencapai 16,38 Juta Ha dengan komposisi 53% Perkebunan Swasta, 42% Perkebunan
Rakyat, dan sisanya 5% Perkebunan BUMN Pemerintah. Dari total luasan kelapa
sawit rakyat seluas 6,94 Juta Ha terdapat potensi areal yang dapat diremajakan
seluas 2,8 Juta Ha dengan komposisi luasan Plasma dan Swadaya 2,29 Juta Ha,
Plasma PIRBUN 0,14 Juta Ha, dan Plasma PIR Trans/PIR KKPA 0,37 Juta Ha.
Target PSR setiap tahunnya
sebesar 180.000 ha, untuk rencana target PSR 2023 dengan pola 1 (100.000 ha)
direncanakan akan dilaksanakan pada 21 provinsi dan 115 kabupaten, sedangkan
untuk pola 2 (80.000 ha), dengan beberapa Perusahaan.
Berita Terbaru