
akarta – Berdasarkan neraca pangan strategis nasional periode Januari - Desember 2021, ketersediaan seluruh komoditi pangan pokok strategis diperkirakan aman hingga akhir Tahun 2021 dan mencukupi 1-3 bulan di awal Tahun 2022.
"Pada umumnya produksi pangan diperkirakan aman untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat," demikian dikatakan Kepala Pusat Distribusi dan
Akses Pangan, Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kementerian Pertanian
Risfaheri, di kantornya Jumat (05/11/2021).
Menurut Risfaheri, terjadinya la nina di akhir tahun ini
diperkirakan tidak terlalu berdampak signifikan terhadap produksi
komoditas pangan.
"Kami sudah masukan angka koreksi 4 ?ri potensi produksi GKG
bulan Oktober-Desember 2021 yang dilaporkan BPS untuk mengantisipasi
kehilangan produksi akibat banjir dan OPT.”
"Neraca beras nasional sampai akhir Desember 2021 diperkirakan
surplus 1,99 juta ton pada tahun berjalan, dan surplus 9,3 juta ton bila
memperhitungkan carry over surplus tahun sebelumnya. Neraca jagung
nasional surplus 1,43 juta ton pada tahun berjalan, dan surplus 2,8 juta
ton bila memperhitungkan carry over surplus tahun sebelumnya. Bawang
merah surplus 128 ribu ton, bawang putih surplus 195 ribu ton," ujar
Risfaheri.
Selain itu, tambahnya, untuk daging sapi/kerbau surplus 168 ribu
ton, daging ayam ras surplus 377 ribu ton, gula pasir surplus 1,15 juta
ton dan minyak goreng surplus 618 ribu ton, bila memperhitungkan carry
over surplus tahun sebelumnya.
Risfaheri juga menjelaskan, berdasarkan hasil pemantauan yang
dilakukan melalui Web Logistik Pangan (https://logistikpangan.id) pada 2
November 2021, secara nasional harga pangan strategis sampai tiga bulan
ke depan masih terpantau stabil.
Harga beras premium dan medium stabil pada Rp 12.300/kg dan Rp
10.800/kg, harga bawang merah Rp 27.600/kg, daging sapi murni Rp
125.000/kg, daging ayam ras Rp 35.000/kg, dan telur ayam ras Rp
22.600/kg, serta gula pasir Rp 13.300/kg.
Kenaikan harga terjadi pada komoditas cabai merah dan cabai rawit Rp 32.000-36.000/kg dan minyak goreng curah Rp 16.700/lt.
"Kenaikan harga komoditas hortikultura terutama cabai-cabaian saat
ini dipicu oleh produksi turun di sejumlah wilayah sentra, karena musim
panen yang mulai berakhir serta di adanya peningkatan kebutuhan
menjelang natal dan tahun 2021," ujarnya.
Sementara kenaikan harga minyak goreng saat ini didorong oleh harga
CPO global yang terus meningkat. Diperlukan kebijakan dan pengawasan
pemerintah agar ketersediaan CPO untuk industri minyak goreng domestik
tetap terjaga, ditengah tingginya dorongan ekspor karena harga CPO
internasional yang terus meningkat.
Sementara itu, untuk ketersediaan komoditas yang sifatnya mudah
rusak seperti cabai dan telur juga mencukupi dan masih surplus pada
bulan Desember.
Cabai besar surplus sebesar 17 ribu ton, cabai rawit 14 ribu ton
dan telur ayam ras 23 ribu ton, namun stok tersebut tidak akan
diperhitungkan sebagai stok awal tahun 2022.
Meskipun ketersediaan pangan secara umum diperkirakan aman,
pemerintah tetap siap siaga mengantisipasi terjadinya kenaikan harga
terutama untuk komoditas bawang merah, cabai, telur ayam dan minyak
goreng antara lain mendorong kelancaran pasokan pangan antar wilayah,
dengan memberikan informasi harga dan pasokan setiap daerah kepada
gapoktan dan pelaku usaha.
Di tempat terpisah, Plt Kepala BKP Sarwo Edhy menjelaskan, pihaknya
melakukan intervensi untuk menjaga stabilitas harga dan pasokan pangan
secara terukur antara lain melalui instrumen perhitungan neraca dan
forecasting harga pangan strategis nasional untuk memperkiraan neraca
dan harga pangan per bulannya.
"Untuk menstabilkan pasokan dan harga, pasti kami lakukan
intervensi pasar. antara lain dengan memberikan fasilitasi biaya untuk
pendistribusian dari wilayah surplus ke wilayah defisit, dan melakukan
gelar pangan murah melalui Pasar Mitra Tani yang tersebar di daerah,"
ujar Sarwo Edhy.
Khusus masalah minyak goreng, menurut Sarwo Edhy, pihaknya telah
berkoordinasi dengan seluruh instansi dan stakeholder terkait untuk
memetakan sebaran stok minyak goreng antar wilayah serta mendorong para
pelaku distribusi untuk mendukung stabilisasi pasokan.
Sedangkan komoditas hortikultura, BKP juga telah berkoordinasi
bersama ditjen teknis terkait untuk mendorong peningkatan produksi dan
ketersediaan hingga akhir tahun.
"Upaya stabilisasi pasokan dan harga pangan ini sejalan dengan
arahan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, agar masyarakat dapat
mengakses pangan dengan mudah," pungkas Sarwo Edhy.
Berita Terbaru